20.09

Yang Istimewa di Ulang Tahunku

Pelaku: Andy, Juan, Liz (dia lagi-dia lagi....huuuu), Yuli, Agnes, Asri, Riri, Jo, Advi, Robert, Jack, Khrisna, Indra, Erna.

Hari ini adalah hari ulang tahun Andy. Laki-laki berkepala pelontos itu tak membayangkan hal aneh akan terjadi pada hari istimewanya itu, karena seperti tahun-tahun sebelumnya, pasti akan sama kejadiannya. Toh kalaupun ada perubahan, paling perubahan kecil dan tak begitu berarti. Pagi hari dengan semangat ceria menyambut matahari dia berangkat dengan suka citanya ke kantor untuk menunaikan tugas seperti biasa. Perlahan ditaruhlah tas ransel hitamnya di dekat almari depan News Room. Sambil bernyanyi riang Andy berkeliling untuk membuat ruangan menjadi bersih bersinar...alah. Begitu selesai laki-laki yang menyukai band Maroon Five itu langsung akan ke luar kantor untuk membayar keperluan lainnya. Ketika akan memasukkan uang ke dompet, matanya membelalak melihat ada bungkusan koran di dalam ranselnya.


“Apaan nih? Ah pasti kado dari Juan” begitu pikirnya. Dia lantas menuju ruang belakang menemui Juan.

“Juan, nih ada bungkusan di dalam tasku dari kamu ya?”

“Bungkusan paan? Enggak tuh. Oh ya kamu ulang tahun ya? Selamat ya....” Juan mencium pipi kiri dan kanan Andy yang masih bengong memikirkan asal-muasal bungkusan itu.

“Trus ini dari mana? Punya siapa?”

“Coba buka deh” Usul Juan. Pelan-pelan Andy membuka bungkusan itu. Alamak! T-shirt berwarna hitam. Juan paham akhirnya.

“Sudah deh, itu mungkin hadiah ulangtahun buat kamu. Bikin deg-degan saja sih. Kirain bom. Terima saja, atau simpan. Paling kalau ada yang punya bakal teriak-teriak nyari” Kata gadis Ambon yang terkenal dengan pantat besarnya itu.

Akhirnya Andy tak mau berpikir panjang dan kembali memasukkan bungkusan itu kemudian menyalakan mesin motornya.

***

“Juan...Asri ngajakin kita kumpul nih. Ntar ketemu di studio after hour ya. Tolong hubungi Yuli” Suara Riri di ujung telepon.

“Oke deh” Gadis Ambon manggut-manggut dan menelepon Yuli untuk kencan ketemu di studio sore hari.

Memang sih nggak ada rencana spesial. Hari itu kebetulan Asri baru datang dari tugas besarnya di Aceh dan akan segera pergi meneruskan S2 ke Amrik. Rencananya sore itu kami akan ke rumah Agnes karena mendapat kabar dia sedang pendarahan. Dan memang akhirnya Riri, Yuli, Juan, dan Asri berangkat ke rumah Agnes dari studio jam 5 sore.

Sampailah di rumah Agnes. Dan you knowlah kalau pere-pere pada ngumpul, yang diomongin nggak jauh-jauh dari seputar body, baju, gincu, dan.....gosiplah haiy. Dan gosip terhangat sore itu dimulai dari obrolan Yuli.

“Tadi pagi udah pada dapet keluhan belom?” Yang dimaksud keluhan ini adalah curhatan dari Liz, yang nggak pernah ada positifnya. Naga-naganya keluhan selalu bermuara pada uang, uang, lanang, lanang hahahaha......Serentak kami menjawab;

“Enggak tuuuhhhhhh...”

“Tau deh, tadi di bulbo Friendster kok dia nulis sesuatu yang aneh. Katanya nih, dia ngasih kado ultah buat someone, tapi bete, karena someone itu nggak tahu kalau doi yang ngado”Cerita Yuli.

“Whatttt???” Juan hampir terlompat dari tempat duduknya. Bola matanya memutar geli geli surprise gimana gitu.

“Kenapa sihhh? Ada yang aneh?” Tanya Riri.

“Astaga....jadi....jadi.....hahahaha....”Juan tergelak tak terkendali. Kami berempat saling pandang tak tahu.

“Kenapa sih Juan?” Asri want to know. Dengan masih berkaca-kaca manahan ketawa Juan cerita soal kaos tadi. Setelah mendengar ceritanya, kontan kami berempat ngakak tiada tara.

“Ya ampyunnn......segitunya ya Liz menaruh simpati ke Andy?” Agnes tersenyum geli.

“Yang aneh kan yang ngasih kado, kalau mau dikenal ya tulis nama kek. Kalau nggak mau nulis nama ya kasih saja sendiri” Riri mengkritik.

“Alah alah......jadi itu to maksud buletinnya” Yuli lega.

***

Andy kaget mendapati Juan pagi-pagi sudah menyambutnya dengan senyum mencurigakan.

“Ada apa sih kok senyum-senyum?” Tanyanya.

Juan tak menjawab dan terus membuntuti langkah Andy sambil tak melepas senyum dari bibirnya.

“Ada apa sih?” Tanyanya kesal. Gadis Ambon berambut merah menyala ini masih saja enggan mengatakan sesuatu. Andy makin heran dan nekad tak mengacuhkannya. Akhirnya Juan ketawa lepas. Andy makin merasa ada yang tidak beres.

“Tahu nggak sihhh...ternyata dia ada hati bo sama kamu...”

“Maksud lo?” Andy curiga.

“Kaos itu ternyata...ternyata spesial kado dari perawan berambut panjang berombak di dekat almari kamu. Hahahha...” Juan tergelak puas. Kemudian diceritakanlah hasil gosip kemarin sorenya. Andy hanya geleng-geleng kepala mendengarnya.

“Pasti ini gara-gara Jo mengabaikan cintanya. Kok aku yang jadi sasaran sih? Huh!” Gerutunya geram. Juan masih ketawa tak berhenti. Dan tampaknya cerita itu sudah tersebar luas sampai ke Trijaya Network, termasuk Pangeran Cinta Liz, Jo yang berlokasi di Jakarta. Sontak dong, doi menelepon Andy.

“Heh.....gimana tuh perasaannya mendapat kaos cinta dari perawan?” Tanya Jo dengan nada mengejek. Darah Andy mendidih.

“Pasti gara-gara kamu kan? Lagi berantem, Jo? Bilang dong kalau berantem. Malah aku yang jadi sasaran!” Andy bernada marah. Jo bergidik juga, nggak biasanya Andy si cool-man ini bisa marah segini hebat.

“Kok nyalahin gue?” Tanya Jo.

“Ya iyalah. Dari beberapa hari ini dia curhat ke aku. Katanya kamu kadang memberi hati sama dia, tapi kemudian menghempaskannya begitu telak. Kok kamu tega sih mempermainkan cintanya? Dia tuh cinta mati sama kamu, Jo” Tutur Andy.

“Yaelahhhh.....elu tahu dong, Ndy....gue nggak cinta sama dia” Elak Jo.

“Ya tapi itu masalah kalian. Udah deh, nggak usah bawa-bawa teman. Kalian jadian aja”

“Idih ogah amat” tandas Jo sambil menutup telepon.

Btw, kok Andy bisa galak gitu sih? Ah itu mah bisa-bisanya penulis saja. Biar kelihatan ada nuansanya, nggak true story banget gituh hahaha...

***

Malam harinya Andy gelisah tak karuan di dalam kamar.

“Ahhh...pasti gara-gara kaos aneh itu” Gumamnya kesal.

Dibukanya kembali bungkusan koran (baca=kado) itu. Matanya nanar memandang kaos hitam bergambar pemandangan dan alam itu. Mengelebat bayangan Liz, perempuan yang paling sulit tersenyum di kantornya. Sampai hari itu Andy tak pernah tahu apa yang mendasari Liz tak punya pacar. Melihat tongkrongannya saja sudah membuat para lelaki illfeel. Bagaimana tidak? Di jaman tanktop kayak gini, Liz masih bercelana baggy, kemeja laki, dan rambut anti bonding. Belum lagi hal itu ditunjang dengan bodynya yang superwonder-lah untuk women. Belum lagi nggak pernah berparfum, anti high heel, sekali bergincu malah berlepotan nggak keruan. Alamakkk! Help!

Coba ya Liz itu berambut ala Beyonce, nggak usah langsing amat no problem, tapi stylish gitu. Secara nih doi kulitnya lumayan putih, agak bergaya sedikit, wangi, murah senyum. Bisa jadi Jo ataupun Andy, Jack, Advi, Robert.......bakal mau menjadi suaminya. Khrisna dan Indra kali bakal tepe-tepe juga, secara Mbak Emil dan Erna di rumah kaleeee. Harap diketahui ya, Liz memang cinta mati sama Jo, laki-laki mantan marketing di kantornya yang sudah hengkang ke Jakarta itu. Semua Network juga tahu kalau hanya Jo yang bisa meluluhkan hati si Baggy-gurl itu. Tapi????

Dan sekarang dia memberi harapan pada Andy. Salah apa sih? Memang sih memang, cinta tak pernah salah. Tapi Liz yang salah. Wakakakak......takut bermimpi buruk seperti Jack, Andy melempar kaos hitam itu kuat-kuat ke dinding. Badannya meringkuk di kasur. Matanya ditutup bantal dan berkompromi dengan Tuhan, menghiba supaya malam ini tidak dikasih mimpi tentang Liz. Amien.

Apakah Andy malam itu mimpi tentang Liz? Tanya saja sendereeeee..........(end*).

0 komentar: