20.23

Love is Love, Blind is Blind..

Pada awalnya cerita ini dimulai dari sebuah percakapan, antara Andy, Aming dan Rif di suatu sore selepas jam kantor.
“Ada ide nggak nih buat nyelesain masalah Liz?” Aming membuka obrolan.
“Maksud kamu?” Andy bertanya sambil menghisap batang rokoknya.
“Kita semua pada tahu dong, kasihan dia kalau lama nggak punya pacar. Ujungnya kita juga yang repot. Kita jodohin aja gimana?”
Rif menjentikkan kedua jarinya tanda setuju.
“Bener banget. Tapi......pertanyaan kemudian adalah, dengan siapa? Joe? Jack? Robert? Atau salah satu di antara kita? Aku nyerah deh. Bukannya dia cinta mati sama Joe?”
Andy menggaruk-garuk jidatnya berpikir keras. Seolah ada ide briliant, sesaat kemudian matanya berbinar cerah.
“Aku ada calon nih.” Aming terperangah setengah tak percaya.
“Siapa?” tanyanya setengah menyelidik dan berdoa dalam hati, semoga laki-laki itu bukan dia. Andy tersenyum simpul.
“Ren...”
“Siapa dia? Laki-laki kan? Tulen kan?” Rif seperti biasa, sok detail.
“Ya iyalah, tinggi besar, kulit putih bersih. Dia masih ada hubungan saudara dengan aku. Kemarin aku baru ngobrol sama dia, curhat sih minta dicariin cewek”.
Dahi Rif berkerenyit.
“Emang dia mau sama Liz?” Andy membuka kedua telapak tangannya memberi isyarat tidak tahu.
“Oke, coba saja kamu kenalin. Siapa tahu jodoh. Bung, tugas kamu bilang sama Liz”. Aming berlaku dewasa kali ini. Singkat cerita, sepulang kantor Andy dan Rif menunaikan tugasnya dengan....sempurnaaaa (lagu lagi nih).

***

Dua hari kemudian terjadi cerita heboh yang menghentakkan dunia laki-laki radio swasta berjaringan di kawasan Candi itu. Baru kali ini sepertinya, naga-naganya, kayaknya, penerawangannya, alhasil...alah.....usaha Rif, Aming dan Andy menuai hasil. Cerita itu berkembang sedemikan cepat karena saking mengejutkannya. Riri yang ada di Jakarta pun sempat tak percaya akan hal ini.
“Apa? Ren bilang Liz cantik? Andy, suruh saudaramu itu memeriksakan matanya sehabis kantor”. Begitu komentarnya.
“Alamakkkk......akhirnya Liz mendapat arjunanya. Padahal usahaku meminta dia rebonding belum menampakkan hasil. Uh la la.....” ini komentar Agnes.
“Aku ya heran. Apa kriteria cantik menurut pandangan lak-laki di luar kita sudah berubah ya, sampai ada yang bilang Liz cantik. Oh My God” Rif turut andil bicara.
Sementara Aming cekikikan nggak jelas sedari pagi sampai siang sampai sore harinya, sampai besoknya, dua hari nggak berhenti sama sekali. Gokil!
“Oh gitu? Syukurlah.....tapi? Eh ya...sudahlah” Joe hanya singkat berkata. Tak tahu artinya, entah kecewa, bersyukur tapi tak rela, atau patah hateeee??? Hihihi....
“Wah alhamdulillah...akhirnyaaaa....aku lepas dari dunia keluhan. Oughhh...terima kasih Andy, Ren, Aming...kalian membawa laki-laki tepat untuknya” Yulie tak segan sujud syukur mendengar berita bahagia ini, seolah terlepas dari beban yang amat sangat. Maklum, Liz sering mempercayakan segala keluh kesahnya pada perempuan yang suka laki-laki lebih tua ini. Huu....
Intinya adalah, Ren suka Liz pada pandangan pertama. Setelah bertelepon, Ren ke rumah Liz untuk mencoba mengenalnya lebih dekat. Sepulang dari sana dia langsung menemui Andy dan bilang respek dengan Liz, berniat ingin menjalin hubungan lebih serius. Sama sekali tak percaya, semalaman Andy terjaga dari tidur, masih jelas terngiang kata-kata Ren di telinganya.
“Liz cantik.....Liz cantik....cantik...cantik...tik...tik...tik...” Kembali Andy menutupi mukanya dengan bantal kuat-kuat. Entah cemburu, tak percaya, atau ungkapan Ren adalah mewakili ungkapan hati terdalamnya yang tak tersampaikan?

***

Ramalan teman-teman kemudian adalah, Liz TENTU SAJA akan menerima Ren dengan tangan dan kaki terbuka. Tetapi TENTUNYA nggak seru dong, karena itu artinya cerita akan berubah menjadi manis, datar, dan seperti cerita cinta biasa. Fuihh......! Akhirnya untuk menepis asumsi yang tak jelas itu, Rif berinisiatif mengorek perasaan sejati Liz. Mereka ngobrol di De Lekker, restoran sederhana di sekitar kantor.
“Gimana kencanmu? Sukses kan?” Tanya Rif perlahan. Gadis di depannya tersenyum malu-malu. Rif bergidik. Imajinya membayangkan, saat itu di atas kepala Liz muncul berpuluh-puluh lambang hati berwarna merah.
“Kok malah senyum-senyum? Kamu suka ya?” Desak laki-laki yang menghabiskan masa kuliahnya di Kota Gudeg itu.
“Ehm...gimana ya? Ya dia cakep. Good looking. Katanya sih aku cantik..” Liz mempermainkan dua ujung jemarinya tersipu. Kepala Rif berkunang-kunang mendadak. Sebel banget dia dengan gaya Liz yang sok imut begitu.
“Trus jadinya gimana? Udah nyatain belum?” sergapnya nggak sabaran. Gadis di depannya yang sore itu mengenakan kemeja gombrong pink, celana baggy dan sepatu kets belum bergeming. Masih tersenyum-senyum. Rif maklum. Selang beberapa menit kemudian...
“Ya belum. Tapi dari gelagatnya sih, kayaknya dia suka aku” desis Liz yang melecut degup jantung Rif berdetak lebih kencang dari biasanya.
“Kok kamu ngerasa gitu? GR kali kamu?”
“Enggaklah. Aku bisa merasakannya kok. Kayak ketika Joe nyatain cinta sama aku dulu.” Blarrr! Rif seperti disambar geledek. Ternyata Liz bener masih terkenang sama Joe. Walah...!

***

Ren kembali bertemu dengan Liz beberapa kali. Kesimpulannya tetap sama; blind love is true, true love is blind, love is love, blind is blind? Ya ya ya....something like that-lah. Ternyata memang dia mencintai Liz, tetap bersikukuh bahwa Liz cantik, dan nekat memacarinya. Tahu dong, kalau cewek nggak pernah ditembak cowok, apalagi cowok itu ganteng, mempesona, seiman, bisa mendapatkan cewek di atas dia, 80% akan diterima dengan hati terbuka. Tetapi bukan Liz namanya kalau nggak bikin sesuatu yang aneh. So, jelaslah..cinta putih Ren ditolak, digantung, membuat laki-laki itu tak berdaya. Tetapi Ren tak patah semangat, masih menunggu cinta gadis itu. Penolakan dan sikap menggantung ini juga menghebohkan khalayak laki-laki di kantornya. Akankah penantian Ren berujung bahagia? Tunggu cerita selanjutnya yaaa...

Hot gosip this weekend adalah.....love is love, blind is blind. Halah!*

0 komentar: