Malam ini di kamar kos, jam sepuluh malam, mata Jack susah terpejam. Beberapa kali mencoba membayangkan kejadian-kejadian menarik agar bisa membuatnya tertidur tak juga mampu istirahat dengan nyaman. Kejadian tadi siang masih terbayang di benaknya. Dia sama sekali tidak tahu sebab musabab Liz menjadi sangat ramah padanya dan teman-teman sekantor. “Tumben, hari ini bisa tersenyum. Nggak seperti biasanya, yang membuat suram dunia persilatan radio ini. Huh...” Upss....dia telah merutuk dalam hati. Menjelang berangkat liputan, Liz menghampirinya dan menyodorkan satu kardus kecil.
“Nih, buat kamu.”
“Apa ini?”
“Sudah bukanya nanti saja. Dagh..”
Jack yang masih kebingungan menerima begitu saja bingkisan dari Liz dan memasukkannya ke tas ransel. Sesampai di lokasi liputan, sambil menunggu teman liputan dia membuka bingkisan pemberian Liz. Uh la la...dua potong brownies dengan ukuran cukup untuk makan siang dan cokelat berbentuk cinta. Eitt, tunggu dulu. Kok bentuk cinta sih? Sesaat pikiran Jack terpaku, tetapi sesaat kemudian tanpa berpikir panjang dilahapnya satu brownies kesukaannya.
“Yang penting kenyang..” serunya dalam hati.
Sorenya Jack kembali ke kantor dan lagi-lagi mendapati senyum manis kakak kelas yang koordinatornya itu. Jack membalasnya dengan senyum, dan matanya sejenak terpaku pada warna baju Liz yang full pink. Oh, mungkin dia sedang jatuh cinta. Bodo ah. Dia bergegas ke ruangan lain untuk kembali menulis hasil liputannya. Sepuluh menit kemudian Robert datang dan menghampirinya sambil berbisik.
“Kayaknya boss elu lagi jatuh cinta tuh”
“Iya. Dari pagi senyum terus. Coba dari dulu kayak gitu. Nggak bikin ngilu tulang” kedua reporter tertawa tertahan. Tiba-tiba Juan masuk dengan senyum dikulum.
“Ada apa sih kok hari ini pada senyum-senyum nggak jelas gitu?” Tanya Robert. Juan tertawa geli dan menepuk punggung lengan Jack.
“Selamat ya....sudah membuka aura-nya untuk kita”
“Maksud kamu apa sih?” Jack menjadi tambah tidak mengerti. Juan tertawa-tawa senang.
“Ya pokoknya gitu deh. Ada surprise kan buat kamu?”
Hati Jack bergidik.
“Ada apa sih?” Tanyanya meracau kepada Juan. Yang ditanya tak menjawab dan tak henti-henti tersenyum riang sambil melambaikan tangan berlalu dari ruangan. Robert tersenyum geli melihat tingkah keduanya.
“Emang kamu tahu yang dimaksud Juan?”
“Mungkin kamu melakukan sesuatu yang membuat Liz senang” Kontan tensi darah Jack naik ke ubun-ubun.
“Aku nggak ngelakuin apa-apa kok. Sumpah.” Ngeri juga dia membayangkan kalau sudah membuat Liz gede rasa dan begitu berharap dari sikapnya.
“Jujur saja deh, dia kan sudah lama suka sama kamu. Kamunya gimana?”
“Ya ampun Rob. Masak kamu nggak tahu sih sikapku selama ini. Ya enggaklah. Sudah ah, aku capek, mending bikin berita lagi aja. Bete!” Robert tambah keras tertawa. Sementara Jack beringsut melanjutkan pekerjaannya.
Jack masih belum bergeming. Diam-diam hatinya mencari makna bingkisan brownies dan cokelat dari Liz. Jangan-jangan itu masalahnya. Oh My God! Jack menepuk jidatnya keras.
03.14
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar