03.16

You Make y Life so Colourfull...(ending)

Ting tong. Bunyi short message dari ponsel Jack nyala. Dibacanya satu pesan dari Liz.

“Ketemu di Black Canyon ya, jam 7. Ada yang penting aku bicarakan, menyangkut kerjasama program Yayasanku dan Komunitasmu”.

Jack merasa ada sesuatu dari kata-kata dalam sms itu. Memang sih, dia pernah berangan-angan bisa bikin kerjasama kegiatan dengan Yayasan yang dibentuk Liz dan teman-temannya. Tapi nggak biasanya Liz mengajak bertemu malam-malam, di tempat yang nggak biasa pula. Dibalaslah sms itu, “Apa harus di Black Canyon? Kalau di studio saja gimana?”

Liz langsung mereply smsnya, ”Aku nggak mau ngomongin masalah luar kantor, di kantor. Aku tunggu. Makasih”.

Ya sudah, akhirnya Jack menepati untuk ketemu Liz di tempat itu. Dari pembicaran berdua disepakati beberapa program ke depan yang bisa dikerjakan bersama. Menjelang akhir pembicaraan, Liz menyentuh jarinya. Jack terperangah dan menahan nafas sesaat.
“Jack, aku ingin kerjasama ini tidak hanya dalam tingkatan profesionalitas saja”

“Emm...maksudnya?” Suara Jack bergetar, perasaannya campur aduk tak tentu, antara marah, kaget, nggak suka, gugup, nggak jelas.

Liz menghela nafas perlahan. Matanya menatap mata Jack dalam yang membuat laki-laki di depannya kikuk, salah tingkah luar biasa.

“Aku tahu kamu semenjak kuliah. Kita sama-sama tahu. Kenapa dari awal aku memutuskan menerima bekerjasama di kantor dalam satu tim dengan kamu, adalah karena ada potensi besar dari diri kamu.”

“Ok. Thanks” Desis Jack hampir tak terdengar. Jemari Liz masih menyentuhnya.

“Sori aku harus mengatakannya, Jack. Aku berharap kamu bisa menjadi orang terdekatku, yang mendukungku dalam segala hal. Termasuk...” Suara Liz tertahan. Matanya tak berani lagi menatap mata Jack yang sudah tidak sabar menunggu lanjutan kata-katanya.

“Termasuk?” tanya Jack menyelidik.

“Dalam hal pribadi.”

“Dalam hal pribadi?” Jack memborbardir.

“Iya. Aku suka sama kamu. Aku ingin kamu jadi pacarku” Glek. Tenggorokan Jack seperti tersumbat bongkahan batu segedhe gajah. Dia tak bisa berkata-kata. Sorot mata Liz memelas di depannya.

“Kenapa Jack? Ada yang salah?”

Pandangan mata Jack melayang. Cairan di otaknya seperti menggenangi hampir separuh kepalanya. Tiba-tiba kepalanya berkunang-kunang, pikirannya terbang tak jelas. Seolah sudah dirancang sebelumnya, dari Black Canyon mengalun musik romantis Daniel Sahuleka...You Make My World so Colourfull Like......oughh itu kan lagu favorit Jack yang disukai Liz juga saat ini. Dan kenapa Liz merequestnya untuk malam ini, yang berarti itu semacam proklamasi hari jadi yang dilegitimasi oleh perempuan itu? My Godness...Jack tak bisa berkata apapun. Jemarinya kelu di genggaman Liz. Apa kata Robert, Juan, Andy, Krisna, dan...Riri? Cewek centil itu pasti meledeknya habis.

Sesaat kemudian dalam bayangannya tiba-tiba Liz panik, merengkuhnya, meneriakkan namanya berulang-ulang, menangis, menciuminya, memeluk kuat Jack dalam dekapannya. Badan Jack menjadi kaku, nyawanya seolah terpisah dari raganya. Laki-laki yang hobby bersepeda itu seperti melayang, melesat ke langit tanpa kendali, hingga....

Kringgggg.........!!!!!
Jack terbangun tersengal-sengal. Matanya menatap alarm jam beker di sampingnya. Jam 8 pagi! Sebentar kemudian matanya memandang kalender di samping jam bekernya. Hari ini agenda liputan ke kampus, karena ada seminar bisnis. Fuihhh...setelah sadar, senyumnya menyungging di bibirnya. Untung itu hanya mimpi. Kalau tidak? Nggaktahu deh...hihi.(end*)

0 komentar: