Hari Selasa. Ini adalah jadwal Jack memproduseri acara talkshow news up date. Jam tujuh pagi dia berangkat dari kosnya dengan penuh semangat, karena dia yakin narasumber talkshow kali ini bisa diandalkan. Sesampai di kantor matanya bersirobok pandang dengan Liz. Jack memberikan senyum termanisnya. Liz nggak bergeming dan beringsut memalingkan muka.
“Sialan..” Rutuk Jack dalam hati. Kontan harinya tercoreng dengan kesuraman wajah Liz. “Ngapain juga aku tadi senyum ke dia. Masih mending kalo aku masih mau bertegur sapa dengan dia. Dari pada Juan.” Juan adalah teman sekantor yang berprofesi sebagai penyiar. Gadis berdarah Ambon ini memang sudah antipati dengan Liz, meski sebelumnya pernah dekat dan bersahabat dengannya. Tetapi sifat aneh Liz membuat Juan menjauh dan malas berteman dengannya.
Tiba-tiba ponsel Jack berbunyi tanda ada sms masuk. Dia memencet tombol inbox dan tertera nama pengirim sms: Riri. Begini bunyi smsnya: Hai Guys, semoga hari-harimu indah ya. Tentu kamu sudah nggak sabar dong melihat “senyumnya” yang menawan. Haha...”.
“Hhhggg..” Jack menjambak rambut eh kepalanya (dia baru sadar kalau rambutnya sudah dikepras habis setengah botak) kesal. Riri, mantan penyiar di radionya yang sekarang menjadi part timer di radio tetangga itu memang sering menggoda dan menjodoh-jodohkan Liz dengannya. Gadis lincah itu memang senang sekali ngerjain dia sampai habis kata-kata untuk membalas keonarannya.
“Masalahnya sederhana Jack. Dia tuh ada hati lho sama kamu”. Jack tak menggubris omongan Riri beberapa hari lalu, matanya tak berkedip menonton layar televisi. Andy yang berada di sebelah Riri tertawa tertahan. Sementara Juan dari kejauhan menunggu reaksi selanjutnya dari Jack sembari menikmati kepulan asap rokoknya.
“Sori ya, aku ngomong kayak gini bukan tanpa sebab. Dulu waktu pertama kali aku ke sini, aku nanya dong basa-basi tentang reporter baru. Trus dia bilang nama kamu. Pas aku tanya asal jurusan kuliah kamu, dianya cuman nyengir setengah malu...ada deh, katanya gitu. Sumpah.....dia kelihatan jatuh cinta sama kamu”. Andi dan Juan tergelak karenanya. Sementara muka Jack merah padam.
“Masak cuman jawaban begitu kamu bisa nyimpulin sih kalau dia suka sama aku?”
“Ya ampunn..dia tuh nggak biasa-biasanya mah cengar-cengir aneh gitu. Dan warna mukanya itu lhoo.....udah deh jadian aja. Siapa tahu kamu berhasil membuka aura masamnya selama ini. Hayukk...” Muka Jack bertambah merah dikerjain Riri. Dia berpikir keras untuk membalas ledekan gadis berambut lurus panjang itu.
“Masalahnya dia kayaknya susah dibenerin. Ternyata juga nih, kata temen-temenku waktu kuliah dulu dia juga udah masam gitu bawaannya. Foto dengan keempat teman saja, dia paling nggak bisa senyum sendiri. Nah lho? Ternyata lagi sampai sekarang, tetep aja kayak gitu. Ya susahlan...”
“Tapi Jack tapi....kamu mau dong berkorban buat temen-temen. Dia tuh perlu sentuhan cinta. Dan itu harus dari kamu karena emang dia bener naksir sama kamu. Sudahlah ajakin kek berkomunikasi. Jangan menjauh dong. Nggak bagus begitu” cerocos Riri lagi.
“Coba dong tiap pagi kamu sapa dia dengan kata “sayang” agenda liputanku hari ini adalah ke pemerintah kota, ke manalah bla bla...” jack tambah bersemu merah mukanya. Saban hari ketemu Riri selalu saja ada bahan untuk meledeknya. Hal itu diperparah dengan dukungan teman-teman lain yang tambah bersemangat untuk meledeknya. Alamakkk.....
0 komentar:
Posting Komentar