00.51

Kaos Vs daster are in Love


Tak ada yang mengesankan dari perjalanan ke Jogja waktu itu, seandainya dari awal tidak ada motivasi istimewa dari Andy untuk meberikan surprise buat Liz. Sampai hari inipun masih terbayang jelas hadiah kaos berlogo Manchester United kesayangan, hadiah ultah dari perempuan yang selalu mengusik hatinya itu. Sudah lama pria botak itu menerka-nerka balasan hadiah yang diinginkan Liz. Sampai kemudian pertanyaan itu terjawab ketika ia ngobrol dengan Liz.

“Batik Jogja bagus ga sih?” Andy memancing pembicaraan.
“Bagus banget, murah-murah lagi. Trus di sana juga update model. Kamu mau belikan aku?” Mata Liz mengerling menggoda pria yang suka motor sport itu. Jantung Andy terkesiap.
“Emang kamu suka?” tanya Andi setengah bergetar gugup. Liz tersenyum simpul.
“Ya sukalah. Apalagi kalau buat tidur. Kan batik ada yang adem juga tuh. Kamu mau ke Jogja apa?”
“Ya lihat nanti.” Jawab Andy singkat. Hatinya berbunga-bunga senang dan penuh harap.

***

Dan akhirnya Jumat sore, Andy, Juan, Riri, Heli, Erna dan Indra pergi ke Jogja. Tujuan utama sih menghadiri acara perkawinan teman, sekalian mencari barang-barang untuk keperluan pribadi. Setelah menghadiri resepsi, berenam mereka ke Malioboro untuk membeli keperluan masing-masing. Hampir 2 jam keliling berpencar Erna menelepon memberitahu kalau sudah menunggu di mobil dan siap untuk perjalanan berikutnya. Riri, Heli dan Juan bergegas menuju ke tempat parkir. Ternyata Andy dan Rif belum juga nongol sampai hampir setengah jam kemudian. Beberapa kali ditelepon bilangnya sedang otw ke parkiran. Lama banget. Sampai akhirya dari kejauhan yang ditunggu-tunggu muncul. Andy menenteng tas kertas yang di dalamnya ada belanjaan.

“Uh la la....belanja toh. Apaan tuh?” Riry penasaran. Andy tersenyum penuh arti.
“Apaan sih?” Juan tak kalah penasarannya.
“Ada deh....” Andy masih senyam-senyum tak jelas. Ya sudah, daripada kecewa mendingan diam dan masuk lagi ke mobil. Giliran Erna nyetir sampai di Kasongan, surga buat orang yang sangat menyukai gerabah untuk interior rumah. Sementara itu Andy tampak tersenyum sumringah di samping Rif yang juga ikut berbahagia. Melihat kelakuan mereka, Juan mendelik curiga.
“Hayo, kalian menyembunyikan sesuatu ya?” tanyanya menyelidik. Rif tertawa terbahak-bahak.
“Enggak kok enggak. Tuh, Andy yang lagi seneng banget hari ini. Ups...” Rif menutup mulutnya tanda telah kelepasan ngomong. Andy sontak menginjak kakinya keras hingga ia menjerit tertahan.
“Kamu beli oleh-oleh apa sih?” Kembali Juan mendesak Andy untuk mengaku. Pria yang hari itu berkaos hitam menggeleng-gelengkan kepala. Juan merebut tas kertas dari pegangan Andy. Kontan muka Andy merah padam dibuatnya. Juan tak sabar membuka bungkusan plastik putih dari dalam tas. Matanya membelalak lebar melihat barang yang dibeli Andy.

“Dasterrr?? Buat siapa? Seksi banget lagi, ada tali kecil di pundak.” Juan bertanya setengah menggumam. Matanya nanar mengamati daster warna pink berukuran jumbo di tangannya. Rif tersenyum-senyum simpul.
“Kok kamu tertawa, Rif? Kamu tahu ya buat siapa daster batik adem itu?” Riri ikutan nyeletuk.
“Tanya Andy dong. Kan dia yang beli. Aku sih cuman milihin model aja.” Rif menjawab sambil tersenyum-senyum menyebalkan. Di sampingnya muka Andy sudah tak keruan. Antara malu, senang, takut karena harus menjelaskan, dan nervous. Juan masih memegang-megang daster itu. Matanya melirik ke Andy setengah kesal karena tak kunjung ada jawaban ke luar dari mulutnya.

Hmm...setahu Juan sih nggak ada cewek yang didekatin Andy saat ini. Ia orang nomor satu tempat curhat Andy. Jadi, seharusnya ia tahu, siapa cewek yang dihadiahi daster oleh Andy. Tapi yang ini? Dalam hati ia berharap, mudah-mudahan Andy memberikannya pada perempuan yang tepat. Ya ya ya....semoga*

0 komentar: