Husni melatih kekasihnya belajar main futsal. Kalau yang begini tentu bukan sembarang futsal. Istilahnya apa ya? Entahlah. Pastinya hati pria kurus yang rajin berolahraga itu berbunga-bunga sepanjang sesi latihan. Apalagi, saat ini pikirannya terfokus pada bagaimana mengembalikan masa-masa romantis dengan seseorang yang sangat dicintainya, dan sempat menghilang beberapa saat, karena cemburu dan kurang yakin, bahwa ia akan menjadi miliknya, selamanya.
“Peraturannya beda jauh nggak sih sama football yang sebenarnya? Ada bedanya?” Liz bertanya kepada Husni pada saru sesi latihan sore itu. Jantung Husni berdegup, merasa sedikit bangga.
“Futsal lebih fleksibel sih, peraturan standard saja yang perlu diinget, seperti handsball, itu sudah pasti, santai saja okay?” Perempuan dengan tubuh berisi itu tersenyum. Jantung Husni berdetak lebih cepat.
“Kenapa sih kamu suka futsal? Yang nonton banyak cewek-cewek ya?” Olala....Liz cemburu tampaknya. Dahi Husni mendadak berkeringat.
“Emh, enggaklah. Futsal kan olahraga yang mementingkan teamwork. Lagian seneng saja, ketemu teman-teman lama, sekalian reuni dan sehat. Di sana full cowok-cowok kok, nggak ada ceweknya. Kamu mau ikut?” Liz mengerjapkan mata sejenak.
“Boleh?” tanyanya berharap. Di sudut hati Husni tiba-tiba bermekaran bunga aneka warna, luar biasa harum baunya.
“Ya bolehlah.” Bibir pria yang nge-fans tim setan merah itu tersenyum senang.
“Tapi...Jack ikut nggak?” pertanyaan Liz begitu pelan nadanya, tetapi mata Husni menjadi gelap seketika. Jantungnya bergejolak tak beraturan. Nafasnya sesak tertahan. Ingatannya kembali ke masa ketika Jack dan Liz pernah dekat, menyisakan cemburu yang amat dahsyat berkecamuk di benaknya. Ingin rasanya saat itu ia memutar kembali roda waktu beberapa detik ke belakang, supaya Liz tak pernah menanyakan JACK pada waktu hatinya sedang senang dan bahagia seperti ini.
“Hei....kok malah diem?” Liz mengelus bahu Husni pelan. Husni tergagap.
“Eh sori..ehm, Jack? Oh dia, dia nggak ikut.” Jawab Husni singkat, sedikit merutuk.
“Oh ya sudah. Kalau gitu aku ikut ya nanti, kabari aku kalau kamu futsal. Jangan lupa, kalau tak keberatan, kamu bisa menjemput aku kan ke rumah?”
Suara Liz berapi-api. Suara yang membuat Husni tak berdaya menolak pesona perempuan yang saat ini mengisi hatinya itu. Semoga mulai hari ini akan menjadi semakin indah seterusnya, Tuhan....doanya dalam hati.*
01.08
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar