Perasaan itu tiba-tiba saja adanya.
Begitu senang, dan hanya senang, mengetahui kau masih ada, di sana.
Ketika kau menghilang, sungguh..aku benar-benar kehilangan, dan kosong.
Seperti gelas tak berisi.
Aku sadar terlalu dini untuk mengatakan semua ini padamu.
Dan aku hanya berharap, kau tahu, mengerti apa yang kurasakan.
Pun kalau ini hanya perasaan sesaat, sungguh, aku tak akan pernah menyesalinya.
Tetapi apabila kau juga merasakannya,
Demi Tuhan, aku sangat menyukuri anugerah indah yang Kau berikan saat ini.
Entah apa yang terjadi, karena aku merasa senang, happy……
Seperti kata-kata yang terus kausampaikan padaku,
Bahwa kau selalu baik-baik saja, dan selalu…..
Sama sekali tak pernah terlintas dalam benak Husni, bahwa dengan nyata senyata-nyatanya, Liz telah menyakiti hatinya. Di depan matanya, ia melihat laki-laki kerempeng dan tidak lebih tampan darinya itu bercanda ria dengan perempuan yang beberapa bulan ini mengisi hatinya. Entah apa maksudnya, yang jelas ada perasaan menyesak teramat dalam di lubuk hati terdalam Husni.
“Mungkin aku salah tidak pernah mengatakan kepadamu, bahwa hati ini sudah kaumiliki. Tapi apakah selalu harus semua itu dengan cara mengatakan? Tidakkah kau bisa merasakan?” Jerit hati Husni menahan sakit. Ia ingat hari-hari ketika Liz masih membutuhkannya untuk melewatkan hari, sebagai tempat curhat, dan teman di kala sedih. Sangat jelas terngiang kata-kata Liz di suatu sore, di ruangannya.
“SOri ya, kalau selama ini kamu menjadi tempat curhatku. Aku tak punya siapa-siapa lagi selain kamu. Bahkan aku merasa, kamu seolah sudah menjadi bagian dari hidupku.”
Seandainya ada petir di siang hari saat itu, mungkin akan kalah suara dengan kencangnya degup jantung laki-laki low profile itu. Arrghhh…..dan sekarang semua sirna, setelah kedatangan laki-laki ‘entah’ yang seminggu ini menggantikan posisinya menempati kebersamaanya dengan Liz.
Apakah itu sebuah pengkhianatan? Atau bukan? Entahlah, yang jelas ada seseorang yang merasa tersakiti, tersingkir. Ada yang bilang “jangan suka main api, nanti bisa terbakar, begitu juga dengan hati, janganlah dimainin”. Alamakk…..dalam pertemanan saja seandainya kita dikesampingkan begitu ada yang lain, rasanya sungguh sakit. Apalagi kalau tiap-tiapnya main hati, bisa perih. Husni, sebaiknya kauungkaplah isi hati, biar dia mengerti, bahwa hal itu sudah menyakitimu. Tapi kalau memang ia sengaja main hati, keputusannya ada di kamu, menerimanya, membalasnya, atau mengenyahkannya. Tentukan